Rabu 9 Desember 2009, saat jam menunjukkan 12.00 ada sms masuk ke HP. Innalillahi wa’inaillahi roji’un…simbah kami telah berpulang ke rumahNya. Sesak dada ini menahan air mata yang pengen tumpah. Terbayang sosok orang tua dengan postur tubuh mungil tapi gesit. Meski sudah renta tapi semangatnya untuk sehat begitu tinggi. Ya…beliau simbah kami, biasa dipanggil “Mbah Cilik”. Beliau adalah adik dari mbah putri dari ibu saya. Meski adik dari mbah putri, tapi kami sudah menganggapnya sebagai mbah kami sendiri. Sosok yang mandiri dan penuh kasih ke cucu2nya. Kemandiriannya mungkin karena sejak muda beliau telah ditinggal suaminya dan harus membesarkan anak semata wayangnya. Kemauannya begitu kuat untuk memberikan kehidupan yang lebih baik ke anaknya. Apapun akan beliau kerjakan & lakukan. Beliau adalah tipe orang yang tidak bisa duduk manis dan berpangku tangan. Mulai dari menjahit, memasak, memotong rumput, mengurusi tanaman sampai dengan membersihkan selokan akan beliau kerjakan kalo ditinggal di rumah sendirian. Sosok mungil nan kuat.
Masih terasa bagai kemarin sore saat beliau menemani saya untuk tinggal di Solo. Bercerita tentang masa lalu, keinginan2 yang belum terwujud, memilih2 baju batik, belajar lebih tahu ttg Islam dan masih banyak hal lain lagi yang kami kerjakan setahun yang lalu. Masih terdengar dengkur halusnya saat tidur, harum masakannya serta kerapiannya mengatur rumah. Meski kadang terasa terlalu cerewet, tapi kami tahu, itu dilakukan karena perhatian & kasih sayangnya.
Simbah, selamat jalan, smoga kepulanganmu disambut Gusti Allah dengan penuh kasih sayang…
Hanya do’a yang bisa kami persembahkan saat ini untuk menemani kepergianmu…
Masih terasa bagai kemarin sore saat beliau menemani saya untuk tinggal di Solo. Bercerita tentang masa lalu, keinginan2 yang belum terwujud, memilih2 baju batik, belajar lebih tahu ttg Islam dan masih banyak hal lain lagi yang kami kerjakan setahun yang lalu. Masih terdengar dengkur halusnya saat tidur, harum masakannya serta kerapiannya mengatur rumah. Meski kadang terasa terlalu cerewet, tapi kami tahu, itu dilakukan karena perhatian & kasih sayangnya.
Simbah, selamat jalan, smoga kepulanganmu disambut Gusti Allah dengan penuh kasih sayang…
Hanya do’a yang bisa kami persembahkan saat ini untuk menemani kepergianmu…
2 komentar:
gak ada yg tau kalender maut kita ya ....
mbah cilik gerah apa? manini harus bisa meneruskan semangatnya..
Post a Comment